Senin, 22 Agustus 2016

TRADISI SEJARAH PADA MASYARAKAT YANG BELUM MENGENAL TULISAN


A.      CARA MASYARAKAT YANG BELUM MENGENAL TULISAN (PRA AKSARA) MEREKAM DAN MEWARISKAN MASA LALUNYA
Cara masyarakat pra aksara merekam dan mewariskan masa lalunya dilakukan melalui tradisi lisan (oral tradition). Tradisi lisan merupakan tradisi yang terkait dengan kebiasaan atau adat istiadat menggunakan bahasa lisan dalam menyampaikan pengalaman sehari-hari dari seseorang kepada orang lain. Sebagai contoh, tradisi lisan juga terlihat pada legenda, folklor, kisah, atau mitos dan lain-lain.
Tradisi lisan juga dapat diartikan sebagai pengungkapan lisan yang disampaikan dengan kata-kata dari satu generasi ke generasi yang lain dan seterusnya.
1.         Melalui keluarga
Keluarga merupakan dunia sosial pertama dan paling berkesinambungan bagi seseorang. Dalam keluarga terdapat hubungan sosial yang sangat intim, berkomunikasi pembelajaran bahasa serta pengenalan unsur-unsur utama kebudayaan.
Pengenalan dan pewarisan kebudayaan dalam keluarga dilakukan secara bertahap meliputi kebudayaan material dan kebudayaan non material. Yang paling dominan diwariskan berupa kebudayaan non material seperti pengetahuan kepercayaan, nilai, norma, bahasa, dan cerita dongeng.
Cara sosialisasi pewarisan kebudayaan melalui:
a.         Adat istiadat
b.        Cerita dongeng biasanya disisipi pesan yang dipandang baik
2.         Melalui masyarakat
Masyarakat merupakan sekelompok orang yang memiliki kesamaan budaya yang diwariskan, wilayah identitas dan interaksi dalam hubungan sosial yang berstruktur. Anggota masyarakat satu sama lain saling membutuhkan, saling mengisi dan saling melengkapi.
Biasanya dalam masyarakat ada seseorang yang dituakan dan dianggap memiliki kemampuan lebih, dipercaya untuk memelihara dan menjaga tradisi yang diwariskan oleh leluhurnya dan disampaikan secara lisan sebagai sebuah ajaran yang harus ditaati.
Anggota kelompok masyarakat melakukan hal yang sama dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi, sehingga muncullah tradisi lisan.
Dalam tradisi lisan ini terkandung nilai-nilai moral keagamaan, adat istiadat, cerita khayalan, peribahasa, lagu dan mantra.
B.       TRADISI SEJARAH DI INDONESIA SEBELUM MENGENAL TULISAN (MASYARAKAT PRA AKSARA)
Tradisi sejarah yang dimaksud pada masyarakat pra aksara ialah tradisi yang mempertahankan nilai-nilai norma, keagamaan, adat istiadat, petuah leluhur pribahasa, serta kejadian-kejadian sehari-hari yang dialami masyarakat. Cara untuk mewariskan nilai masa lalu dan mengembangkan tradisi sejarah dengan membuat peringatan kepada semua anggota kelompok masyarakat berupa lukisan serta perkakas sebagai alat bantu hidup serta bangunan tugu dan makam.
Kehidupan masyarakat nenek moyang bangsa Indonesia sebelum mengenal tulisan ternyata telah memiliki tingkat kebudayaan yang tinggi antara lain sudah adanya kehidupan yang teratur dalam kelompok yang telah pandai mengecor dan mencetak logam, memahat, membatik, menenun dan sebagainya.
Menurut J. L. A. Brandes, masyarakat Indonesia sebelum mengenal tulisan telah memiliki 10 macam kemampuan budaya atau disebut local genius, yaitu:
1.         Sistem kepercayaan
Sistem kepercayaan terhadap roh nenek moyang mulai tumbuh pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, dan berkembang pada masa bercocok tanam. Selain penghormatan pada roh nenek moyang mereka juga percaya terhadap kekuatan alam sehingga muncul animisme, dinamisme, dan totemisme.
2.         Sistem kemasyarakatan
Sistem kemasyarakatan mulai tumbuh pada masa bercocok tanam. Mereka melakukan kegiatan secara bersama-sama (gotong royong), seperti dalam menebang hutan, menangkap ikan, menebar benih, membuat rumah, membuat saluran irigasi, dan lain-lain. Sistem kemasyarakatan seperti ini berkembang sampai masa perudagian, yaitu dengan adanya pembagian kerja kelompok tertentu sesuai dengan bidang keahliannya.
Sistem kemasyarakatan yang dikenal dengan nama gotong-royong banyak dikenal dengan istilah yang berbeda, seperti: sambatan (Jawa), gugur gunung (Jawa Barat), passe (Bugis), pacce (Makasar), marsiurupan (Batak), aang tukung (Gayo), mapalus (Minahasa).
Aktifitas positif ini dapat dilihat pada kegiatan pesta dan upacara.
3.         Pertanian
Sistem pertanian bersama dimulai pada zaman neolitikum yaitu semenjak manusia hidup menetap mereka mengusahakan bersawah dengan sistem irigasi dan pemakaian alat pertanian seperti cangkul, bajak dan sebagainya.
4.         Kemampuan berlayar
Kemampuan berlayar bangsa Indonesia sudah dikenal sejak kedatangan nenek moyang dari daratan Asia. Kemampuan ini terus berkembang sejalan dengan tuntutan dan kondisi geografi wilayah Indonesia yang mengharuskan menggunakan transportasi. Kemampuan membuat perahu diawali dari perahu lesung, perahu bercadik, perahu berlayar, perahu bermesin, dan kapal.
5.         Sistem bahasa
Masyarakat Indonesia memiliki sejumlah bahasa dan dialek yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan merupakan rumpun bahasa Melayu Austronesia yang selanjutnya menjadi bahasa pergaulan dalam perdagangan dan bahasa perantara (lingua franca).
6.         Ilmu pengetahuan
Masyarakat pada saat itu sudah mengenal IPTEK antara lain dengan pemanfaatan angin musim sebagai tenaga penggerak dalam aktifitas pelayaran dan perdagangan. Selain itu juga mengenal ilmu astronomi yang bermanfaat dalam arah pelayaran dan petunjuk waktu dalam bidang pertanian, sehingga mereka dapat mengetahui secara teratur waktu bercocok tanam, panen atau saat yang tepat untuk berlayar dan menangkap ikan.
7.         Organisasi sosial
Manusia hidup dengan saling ketergantungan satu dengan yang lain. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa kelompok masyarakatnya. Mereka perlu kerja kelompok, gotong-royong dan saling membantu.
8.         Teknologi
Masyarakat Indonesia telah mengenal teknologi pengecoran logam dan pembuatan perahu yang sangat bermanfaat dalam menunjang kegiatan perdagangan, pelayaran, pertanian, rumah tangga dan sebagainya.
9.         Sistem ekonomi
Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya mereka melakukan hubungan perdagangan dengan daerah-daerah lain dengan cara barter.
10.     Kesenian
Kesenian mulai dikenal masyarakat prasejarah sebagai sarana hiburan dan pengisi waktu luang/senggang. Sebagai contoh: membuat batik, gamelan, kriya (kerajian). Hasrat untuk mengekspresikan keindahan mulai muncul ketika manusia mulai hidup menetap di gua-gua.
Ekspresi keindahan dituangkan pada dinding gua-gua atau permukaan batu dalam bentuk lukisan ataupun relief dan patung. Selain itu mereka juga sudah mengenal seni kriya/kerajinan seperti batik, anyaman, tembikar, wayang, gamelan dan sebagainya.

Cara untuk mewariskan tradisi sejarah pada masyarakat pra aksara ialah tradisi dalam mewariskan pengalaman masa lalu serta pengalaman hidup sehari-hari yang terkait dengan adat istiadat, kepercayaan, nilai moral, dan lain-lain, pada generasi mereka sendiri dan yang akan datang.

 Sumber: MODUL DAN LEMBAR KERJA SISWA kelas X untuk SMA/MA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar