Senin, 22 Agustus 2016

PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH DI INDONESIA


Perkembangan penulisan sejarah di Indonesia
Upaya penulisan sejarah (historiografi) berjalan seiring dengan perkembangan masyarakat dan bangsa Indonesia. Melalui berbagai upaya dan berbagai pengaruh dari perkembangan ilmu pengetahuan modern, penulisan sejarah menjadi semakin logis dan kritis. Perkembangan historiografi di Indonesia melalui beberapa tahap, yaitu:
1.         Historiografi Tradisional (Hindu-Budha dan Islam)
Pada umumnya penulis historiografi kuno adalah para pujangga atau pejabat dalam kerajaan. Penulisan sejarah pada masa ini hanya berkisar pada masalah pemerintahan dari raja-raja yang berkuasa pada saat itu, sehingga penulisannya bersifat istana sentris dan bertujuan untuk memberikan legitimasi pada seorang raja.
Penulisan pada jaman Hindu-Budha banyak yang dituliskan pada batu yang dikenal dengan nama prasasti. Contohnya Prasasti Kedu yang dibuat pada masa kerajaan Mataram Kuno yang berisikan tentang silsilah raja yang pernah memerintah di kerajaan tersebut. Selain itu, pada jaman Hindu-Budha penulisan juga dibuat dalam bentuk karya sastra yang sebagian besar berasal dari kerajaan-kerajaan di Jawa Timur. Contohnya, Pararaton yang berisikan tentang asal-usul Ken Arok, Kitab Negarakertagama, Kitab Sutasoma, dan sebagainya.
Namun, setelah Islam masuk ke nusantara terjadi akulturasi kebudayaan yang menghasilkan bentuk baru dalam penulisan sejarah, yaitu gaya Jawa-Islam. Misalnya Kitab Sastra Gending yang ditulis oleh Sultan Agung dari kerajaan Mataram Islam yang berisi tentang ajaran-ajaran filsafat. Selain itu, Sultan Agung juga menulis Kitab Nitisruti Nitisastra dan Astabrata yang berisi tentang ajaran-ajaran kebaikan yang bersumber dari Kitab Ramayana.
2.         Historiografi Kolonial
Penulisan sejarah ini biasanya dilakukan oleh bangsa Belanda ketika menjajah di Indonesia. Sumber yang mereka gunakan berasal dari negara Belanda sendiri dan dari Batavia (Jakarta), namun biasanya mereka mengabaikan sumber yang berasal dari bangsa Indonesia.
Penulisan sejarah kolonial tidak lepas dari kepentingan penguasa kolonial. Kepentingan itu mewarnai interpretasi mereka terhadap suatu peristiwa yang tentunya berbeda dengan penafsiran dari penulis sejarah nasional. Misalnya Perang Diponegoro dalam pandangan kolonial dianggap sebagai tindakan ekstrimis yang menganggu stabilitas jalannya pemerintahan. Di sisi lain, bagi penulis sejarah nasional perlawanan Diponegoro dianggap sebagai perjuangan untuk menegakkan kebenaran, keaslian, dan rasa cinta tanah air.
3.         Historiografi Nasional
Usaha perintisan penulisan sejarah nasional muncul setelah kemerdekaan Indonesia. Hal ini dilatarbelakangi oleh penulisan sejarah yang ada (kolonial) yang bersifat Belanda sentries. Selain itu, sebagai bangsa yang berdeka juga membutuhkan penulisan sejarah yang berguna untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan menunjukkan jati diri sebagai bangsa. Dengan demikian, penulisan sejarah nasional harus mempunyai beberapa sifat, diantaranya:
a.         Indonesia sentries
b.        Sesuai dengan pandangan bahwa Indonesia sekarang

c.         Disusun oleh orang Indonesia sendiri sebab dialah yang lebih menjiwai

 Sumber: MODUL DAN LEMBAR KERJA SISWA kelas X untuk SMA/MA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar