Rabu, 17 Agustus 2016

ORGANISASI MASA PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA

Untuk mendapatkan dukungan rakyat indonesia jepang membentuk berbagai organisasi :
1.      Gerakan 3A
Isinya Nippon Cahaya Asia, Nipon Pelindung Asia, Dan Nippon Pemimpin Asia. Namun gerakan yang dipimpin oleh Mr. Syamsudin ini tidak mendapakan simpati rakyat Indonesia. Gerakan ini hanya bertahan beberapa bulan, dan pada Desember 1942 dibubarkan.
2.      Putera
Untuk menarik simpati rakyat Indonesia, Jepang menawarkan kerjasama kepada tokoh-tokoh pergerakan nasional, seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Sutan Syahrir. Mereka yang sebelumnya berada dalam penahanan pemerintah Hindia Belanda, kemudian dibebaskan oleh Jepang. Tawaran kerjasama ini dinilai oleh tokoh-tokoh pergerakan nasional tersebut lebih menguntungkan perjuangan untuk kemerdekaan dari pada melakukan perlawanan.
Empat tokoh terkemuka yakni Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, KH. Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara (4 serangkai), diberi kepercayaan membentuk gerakan baru bernama Putera. Pada tanggal 16 April 1943 Putera secara resmi di bentuk.
Tujuan pendirian Putera pada garis besarnya adalah :
a.       Bagi bangsa Jepang untuk memusatkan segala potensi masyarakat Indonesia dalam rangka membantu pemerintahan militer Jepang.
b.      Menghapus pengaruh Barat dan menggalang masyarakat demi mendukung kemenangan perang Jepang.
c.       Bagi bangsa Indonesia menghidupkan kembali segala sesuatu yang dihancurkan Belanda.
Kerjasama ini oleh para tokoh nasional dimanfaatkan untuk dapat memelihara dan memajukan pergerakan nasional. Kaum nasionalis juga mempertimbangkan bahwa yang memungkinkan kerjasama ini adalah kemenangan Jepang atas belanda. Dengan kemenangan itu menimbulkan keyakinan bahwa kerjasama sangat perlu dengan harapan bahwa mereka akan mendapat kesempatan untuk memelihara dan meneruskan perjaungan pergerakan nasional untuk mencapai kemerdekaan nasional. Operasi Putera disusun atas pimpinan pusat dan daerah.
Berdirinya putera ternyata mendapat sambutan dari semua organisasi massa yang ada dan masuk atau bergabung dalam Putera yaitu :
a.       Pengurus Persatuan Guru Indonesia (PGI)
b.      Perkumpulan Pegawai Pos Menengah, Pegawai Pos, Telegrap, Telepon Dan Radio (PTTR)
c.       Pengurus Besar Istri Indonesia (PBI)
d.      Barisan Bantuan Dan Badan Perantaraan Pelajaran-Pelajaran Indonesia (BAPERTI)
e.       Organisasi Olahraga, Ikatan Sport Indonesia (ISI).
Dalam perkembangannya Putera ternyata menghidupi diri sendiri dengan mengerahkan dana anggotanya dan dari hasil keuntungan badan perdagangan yang didirikan. Dengan segala kekurangannya Putera ternyata berhasil mempersiapkan rakyat secara mental bagi kemerdekaan yang akan datang.
Untuk mengkomunikasikan putera dengan rakyat secara lebih luas para pemimpin pergerakan nasional memanfaatkan media surat kabar dan radio. Dengan demikian Putera dijadikan sebagai wadah perjuangan untuk terus menggalang persatuan nasional menuju kemerdekaan.
3.      Jawa Hokokai
Karena putera dianggap hanya bermanfaat bagi pihak Indonesia, Putera akhirnya dibubarkan dan diganti dengan organisasi baru yaitu Jawa Hokokai atau kebaktian masyarakat jawa. Jawa Hokokai dijadikan sebagai organisasi resmi pemerintah pada tanggal 1 Januari 1944. Para pemimpin tertinggi adalah orang Jepang seperti Gunseikan (kepala pemerintahan militer), tingkat daerah dipimpin oleh Syucokan (residen). Kaum nasionalis disisihkan dan diberi jabatan baru dalam pemerintahan. Kegiatan mereka diawasi, komunikasi dengan rakyat dibatasi. Organisasi ini didirikan Jenderal Kumakichi Harada.
Dalam tradisi Jepang kebaktian ini memiliki tiga dasar sesuai Hokoseisyin yaitu :
a.       Mengorbankan diri
b.      Mempertebal persaudaraan
c.       Melaksanakan sesuatu dengan bukti
Jawa Hokokai terdiri berbagai macam Hokokai profesi seperti :
a.       Izi Hokokai (himpunan kebaktian dokter)
b.      Kyoiku Hokokai (himpunan kebaktian para pendidik)
c.       Kemin Bunka Syidosyo (pusat budaya)
d.      Hokokai perusahaan
Walaupun kaum nasionalis disisihkan dalam Jawa Hokokai, namun semangat kebaktian yang dipropagandakan Jepang ternyata justru memupuk dan mempertinggi semangat patriotisme atau rela berkorban dan semangat nasionalisme meluas dikalangan masyarakat indonesia dan bertanggungjawab atas perjuangan kemerdekaan.
Alasan pembentukan jawa hokokai adalah semakin memuncaknya perang asia timur raya sehingga rakyat perlu dihimpun tenaga lahir dan batin untuk kebaktiannya, sesuai semangat kebaktian yaitu : mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan dan melaksanakan sesuatu dengan bukti keanggotaannya, yaitu bangsa indonesia yang sudah berumur 14 tahun, organisasi kelompok profesi dan bangsa jepang yang menjadi pegawai negeri.
4.      MIAI (Majelis Islam Ala Indonesia)
Walaupun Jepang mengekang aktivitas semua kaum nasionalis, namun golongan nasionalis islam mendapat kelonggaran karena dianggap paling anti barat dan lebih banyak bergerak dalam kegiatan keagamaan. MIAI diperbolehkan tetapi berdiri namun kegiatannya dibatasi hanya sebagai Baitul Mal (badan mal) dan menyelenggarakan kegiatan hari besar islam. Organisasi ini ternyata mendapat dukungan dan mendapat simpati dari umat islam, sehingga pertumbuhannya sangat pesat. Para pengikut miai diawasi, dan untuk mengendalikan kegiatannya pemerintah Jepang melakukan pelatihan bagi mereka yang dianggap mempunyai pengaruh besar terhadap lingkungan.
5.      Masyumi (Masyarakat Syuro Muslimin Indonesia)
MIAI yang dianggap sebagai organisasi resmi masih tidak memuaskan Jepang, akhirnya dibubarkan dan diganti dengan Masyumi yang dipimpin oleh Kh. Hasyim Asyari, Kh. Mas Mansyur, Kh. Farid Ma’ruf, Kh. Hasyim, Karto Sudarmo, Kh. Nachrowi dan Zainul Arifin.
Dengan pembentukan berbagai kerjasama itu pemerintah Jepang berhasil mengekang berbagai kegiatan pergerakan nasional. Namun demikian pemerintah militer Jepang tetap tidak dapat mengekang perkembangan kesadaran nasionalisme bangsa Indonesia.
6.      Organisasi semi militer
Untuk memenuhi kekurangan prajurit Jepang di medan pertempuran pada bulan April 1943 didirikan dua organisasi pemuda yaitu :
a.       Seinendan (barisan pemuda) : dengan tujuan menjaga dan mempertahankan tanah air
b.      Keibodan (pembantu polisi) : dengan tujuan membantu tugas polisi.
Kedua organisasi pemuda ini merupakan organisasi semi militer artinya tugas mereka hanya membantu tugas polisi sebagai tenaga cadangan perang. Mereka diberi latihan dasar kemiliteran anggota seinendan adalah pemuda yang berusia 14-22 tahun, dan untuk keibodan 23-35 tahun. Di Sumatera, Keibodan disebut dengan istilah Bogodan, sedang di Borneo (Kalimantan) disebut Hokukudan.
Para pelajar dari sekolah dasar sampai sekolah lanjutan ats diharuskan bergabung pada Gakukotai (barisan pelajar). Jepang tidak menyadari bahwa organisasi-organisasi ini telah menyemaikan semangat nasionalisme, percaya pada diri sendiri serta disiplin. Golongan nasionalis sekuler memainkan peranan penting dalam membina dan mengisi jiwa pemuda dengan semangan nasionalisme tersebut, bahkan beberapa tokoh nasionalis muda duduk di dalamnya, seperti Abdul Latif dan lain-lain.
Memasuki tahun 1944 Jepang mengalami kekalahan di berbagai front pertempuran. Jepang mulai memberi janji kemerdekaan pada negara-negara yang diduduki termasuk Indonesia. Beberapa hari setelah itu didalam Jawa Hokokai dibentuk benteng perjuangan jawa (Jawa Sentotal). Organisasi itu membentuk barisan pelopor (Suisyintal) dipimpin oleh Ir. Sukarno, Soediro, Rp. Suroso, Otto Iskandardinata, dan Dr. Buntaran M. Barisan semi militer yang khusus dari golongan islam adalah hisbullah (tentara Allah).
Pemuda-pemuda indonesia pada saat itu juga mendapat kesempatan untuk dididik menjadi pembantu prajurit Jepang (Heiho), banyak di antara mereka yang dikirim ke medan pertempuran seperti di Burma (Myanmar) dan Malaysia. Syarat-syarat masuk Heiho antara lain berumur 18-25 tahun dan minimal berpendidikan setingkat SD.
7.      Organisasi Militer
Pada tanggal 3 Oktober 1943, dikeluarkan keputusan pembentukan tentara pribumi dengan nama pasukan sukarela pembela tanah air (Bo Ei Gyugun) disingkat PETA. Perhatian pemuda untuk memasuki PETA cukup besar, khususnya mereka yang berasal dari Seinendan dan Gakukotai.
Calon perwira peta dididik di Bogor, setelah selesai mereka ditempatkan pada batalyon (Daidan) di Karesidenan (Syu) tempat mereka berasal. Di setiap daidan ditempatkan perwira Jepang (Shidokan) yang bertugas sebagai pelatih dan pengawas.
Bersamaan pembentukan peta di Jawa, di Sumatera dibentuk tentara sukarela yang disebut (Gyugun). Pelatihan dilakukan di Aceh, Sumatera Timur, Sumatera Barat, Bengkulu Dan Sumatera Selatan. Manfaat utama yang diperoleh pemuda-pemuda dari PETA dan Gyugun adalah gemblengan fisik dan semangat cinta tanah air, serta kepercayaan diri yang besar. Bala tentara Dai Nippon adalah sebutan resmi pemerintahan militer pada masa pemerintahan Jepang, menurut UUD No. 1 tanggal 7 Maret 1942 pembesar bala tentara Dai Nippon memegang kekuasaan militer dan segala kekuasaan yang dulu dipegang oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Pelaksanaan sistem pemerintahan dipegang oleh dua angkatan perang yaitu:
a.       Angkatan darat (Rikugun)
b.      Angkatan laut (Kaigun)
Indonesia dibagi menjadi tiga wilayah kekuasaan yaitu :
a.       Tentara ke 16 (ad) memerintah di Jawa, Madura berpusat di Jakarta
b.      Tentara ke 25 (ad) memerintah di Sumatera berpusat di Bukit Tinggi.

c.       Armada selatan kedua (al) memerintah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan berpusat di Makasar.

Sumber: MODUL DAN LEMBAR KERJA SISWA kelas XI IPS untuk SMA/MA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar