Untuk
mendapatkan dukungan rakyat indonesia jepang membentuk berbagai organisasi :
1.
Gerakan
3A
Isinya Nippon Cahaya
Asia, Nipon Pelindung Asia, Dan Nippon Pemimpin Asia. Namun gerakan yang
dipimpin oleh Mr. Syamsudin ini
tidak mendapakan simpati rakyat Indonesia. Gerakan ini hanya bertahan beberapa
bulan, dan pada Desember 1942 dibubarkan.
2.
Putera
Untuk menarik simpati
rakyat Indonesia, Jepang menawarkan kerjasama kepada tokoh-tokoh pergerakan
nasional, seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Sutan Syahrir. Mereka yang
sebelumnya berada dalam penahanan pemerintah Hindia Belanda, kemudian
dibebaskan oleh Jepang. Tawaran kerjasama ini dinilai oleh tokoh-tokoh
pergerakan nasional tersebut lebih menguntungkan perjuangan untuk kemerdekaan
dari pada melakukan perlawanan.
Empat tokoh terkemuka
yakni Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, KH. Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara (4
serangkai), diberi kepercayaan membentuk gerakan baru bernama Putera. Pada
tanggal 16 April 1943 Putera secara resmi di bentuk.
Tujuan pendirian Putera
pada garis besarnya adalah :
a. Bagi
bangsa Jepang untuk memusatkan segala potensi masyarakat Indonesia dalam rangka
membantu pemerintahan militer Jepang.
b. Menghapus
pengaruh Barat dan menggalang masyarakat demi mendukung kemenangan perang Jepang.
c. Bagi
bangsa Indonesia menghidupkan kembali segala sesuatu yang dihancurkan Belanda.
Kerjasama ini oleh para
tokoh nasional dimanfaatkan untuk dapat memelihara dan memajukan pergerakan
nasional. Kaum nasionalis juga mempertimbangkan bahwa yang memungkinkan
kerjasama ini adalah kemenangan Jepang atas belanda. Dengan kemenangan itu
menimbulkan keyakinan bahwa kerjasama sangat perlu dengan harapan bahwa mereka
akan mendapat kesempatan untuk memelihara dan meneruskan perjaungan pergerakan
nasional untuk mencapai kemerdekaan nasional. Operasi Putera disusun atas
pimpinan pusat dan daerah.
Berdirinya putera
ternyata mendapat sambutan dari semua organisasi massa yang ada dan masuk atau
bergabung dalam Putera yaitu :
a. Pengurus
Persatuan Guru Indonesia (PGI)
b. Perkumpulan
Pegawai Pos Menengah, Pegawai Pos, Telegrap, Telepon Dan Radio (PTTR)
c. Pengurus
Besar Istri Indonesia (PBI)
d. Barisan
Bantuan Dan Badan Perantaraan Pelajaran-Pelajaran Indonesia (BAPERTI)
e. Organisasi
Olahraga, Ikatan Sport Indonesia (ISI).
Dalam perkembangannya Putera
ternyata menghidupi diri sendiri dengan mengerahkan dana anggotanya dan dari
hasil keuntungan badan perdagangan yang didirikan. Dengan segala kekurangannya Putera
ternyata berhasil mempersiapkan rakyat secara mental bagi kemerdekaan yang akan
datang.
Untuk mengkomunikasikan
putera dengan rakyat secara lebih luas para pemimpin pergerakan nasional
memanfaatkan media surat kabar dan radio. Dengan demikian Putera dijadikan
sebagai wadah perjuangan untuk terus menggalang persatuan nasional menuju
kemerdekaan.
3.
Jawa
Hokokai
Karena putera dianggap
hanya bermanfaat bagi pihak Indonesia, Putera akhirnya dibubarkan dan diganti
dengan organisasi baru yaitu Jawa Hokokai atau kebaktian masyarakat jawa. Jawa Hokokai
dijadikan sebagai organisasi resmi pemerintah pada tanggal 1 Januari 1944. Para
pemimpin tertinggi adalah orang Jepang seperti Gunseikan (kepala pemerintahan
militer), tingkat daerah dipimpin oleh Syucokan (residen). Kaum nasionalis
disisihkan dan diberi jabatan baru dalam pemerintahan. Kegiatan mereka diawasi,
komunikasi dengan rakyat dibatasi. Organisasi ini didirikan Jenderal Kumakichi
Harada.
Dalam tradisi Jepang kebaktian
ini memiliki tiga dasar sesuai Hokoseisyin yaitu :
a. Mengorbankan
diri
b. Mempertebal
persaudaraan
c. Melaksanakan
sesuatu dengan bukti
Jawa Hokokai terdiri
berbagai macam Hokokai profesi seperti :
a. Izi
Hokokai (himpunan kebaktian dokter)
b. Kyoiku
Hokokai (himpunan kebaktian para pendidik)
c. Kemin
Bunka Syidosyo (pusat budaya)
d. Hokokai
perusahaan
Walaupun kaum
nasionalis disisihkan dalam Jawa Hokokai, namun semangat kebaktian yang
dipropagandakan Jepang ternyata justru memupuk dan mempertinggi semangat
patriotisme atau rela berkorban dan semangat nasionalisme meluas dikalangan
masyarakat indonesia dan bertanggungjawab atas perjuangan kemerdekaan.
Alasan pembentukan jawa
hokokai adalah semakin memuncaknya perang asia timur raya sehingga rakyat perlu
dihimpun tenaga lahir dan batin untuk kebaktiannya, sesuai semangat kebaktian
yaitu : mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan dan melaksanakan sesuatu
dengan bukti keanggotaannya, yaitu bangsa indonesia yang sudah berumur 14 tahun,
organisasi kelompok profesi dan bangsa jepang yang menjadi pegawai negeri.
4.
MIAI
(Majelis Islam Ala Indonesia)
Walaupun Jepang
mengekang aktivitas semua kaum nasionalis, namun golongan nasionalis islam
mendapat kelonggaran karena dianggap paling anti barat dan lebih banyak
bergerak dalam kegiatan keagamaan. MIAI diperbolehkan tetapi berdiri namun
kegiatannya dibatasi hanya sebagai Baitul Mal (badan mal) dan menyelenggarakan
kegiatan hari besar islam. Organisasi ini ternyata mendapat dukungan dan
mendapat simpati dari umat islam, sehingga pertumbuhannya sangat pesat. Para
pengikut miai diawasi, dan untuk mengendalikan kegiatannya pemerintah Jepang melakukan
pelatihan bagi mereka yang dianggap mempunyai pengaruh besar terhadap
lingkungan.
5.
Masyumi
(Masyarakat Syuro Muslimin Indonesia)
MIAI yang dianggap
sebagai organisasi resmi masih tidak memuaskan Jepang, akhirnya dibubarkan dan
diganti dengan Masyumi yang dipimpin oleh Kh. Hasyim Asyari, Kh. Mas Mansyur, Kh.
Farid Ma’ruf, Kh. Hasyim, Karto Sudarmo, Kh. Nachrowi dan Zainul Arifin.
Dengan pembentukan
berbagai kerjasama itu pemerintah Jepang berhasil mengekang berbagai kegiatan
pergerakan nasional. Namun demikian pemerintah militer Jepang tetap tidak dapat
mengekang perkembangan kesadaran nasionalisme bangsa Indonesia.
6.
Organisasi
semi militer
Untuk memenuhi
kekurangan prajurit Jepang di medan pertempuran pada bulan April 1943 didirikan
dua organisasi pemuda yaitu :
a. Seinendan
(barisan pemuda) : dengan tujuan menjaga dan mempertahankan tanah air
b. Keibodan
(pembantu polisi) : dengan tujuan membantu tugas polisi.
Kedua organisasi pemuda
ini merupakan organisasi semi militer artinya tugas mereka hanya membantu tugas
polisi sebagai tenaga cadangan perang. Mereka diberi latihan dasar kemiliteran
anggota seinendan adalah pemuda yang berusia 14-22 tahun, dan untuk keibodan
23-35 tahun. Di Sumatera, Keibodan disebut dengan istilah Bogodan, sedang di Borneo
(Kalimantan) disebut Hokukudan.
Para pelajar dari
sekolah dasar sampai sekolah lanjutan ats diharuskan bergabung pada Gakukotai (barisan
pelajar). Jepang tidak menyadari bahwa organisasi-organisasi ini telah
menyemaikan semangat nasionalisme, percaya pada diri sendiri serta disiplin.
Golongan nasionalis sekuler memainkan peranan penting dalam membina dan mengisi
jiwa pemuda dengan semangan nasionalisme tersebut, bahkan beberapa tokoh
nasionalis muda duduk di dalamnya, seperti Abdul Latif dan lain-lain.
Memasuki tahun 1944 Jepang
mengalami kekalahan di berbagai front pertempuran. Jepang mulai memberi janji
kemerdekaan pada negara-negara yang diduduki termasuk Indonesia. Beberapa hari
setelah itu didalam Jawa Hokokai dibentuk benteng perjuangan jawa (Jawa
Sentotal). Organisasi itu membentuk barisan pelopor (Suisyintal) dipimpin oleh Ir.
Sukarno, Soediro, Rp. Suroso, Otto Iskandardinata, dan Dr. Buntaran M. Barisan
semi militer yang khusus dari golongan islam adalah hisbullah (tentara Allah).
Pemuda-pemuda indonesia
pada saat itu juga mendapat kesempatan untuk dididik menjadi pembantu prajurit Jepang
(Heiho), banyak di antara mereka yang dikirim ke medan pertempuran seperti di Burma
(Myanmar) dan Malaysia. Syarat-syarat masuk Heiho antara lain berumur 18-25
tahun dan minimal berpendidikan setingkat SD.
7.
Organisasi
Militer
Pada tanggal 3 Oktober 1943,
dikeluarkan keputusan pembentukan tentara pribumi dengan nama pasukan sukarela
pembela tanah air (Bo Ei Gyugun) disingkat PETA. Perhatian pemuda untuk
memasuki PETA cukup besar, khususnya mereka yang berasal dari Seinendan dan Gakukotai.
Calon perwira peta
dididik di Bogor, setelah selesai mereka ditempatkan pada batalyon (Daidan) di Karesidenan
(Syu) tempat mereka berasal. Di setiap daidan ditempatkan perwira Jepang (Shidokan)
yang bertugas sebagai pelatih dan pengawas.
Bersamaan pembentukan
peta di Jawa, di Sumatera dibentuk tentara sukarela yang disebut (Gyugun). Pelatihan
dilakukan di Aceh, Sumatera Timur, Sumatera Barat, Bengkulu Dan Sumatera
Selatan. Manfaat utama yang diperoleh pemuda-pemuda dari PETA dan Gyugun adalah
gemblengan fisik dan semangat cinta tanah air, serta kepercayaan diri yang
besar. Bala tentara Dai Nippon adalah sebutan resmi pemerintahan militer pada
masa pemerintahan Jepang, menurut UUD No. 1 tanggal 7 Maret 1942 pembesar bala
tentara Dai Nippon memegang kekuasaan militer dan segala kekuasaan yang dulu
dipegang oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Pelaksanaan sistem
pemerintahan dipegang oleh dua angkatan perang yaitu:
a. Angkatan
darat (Rikugun)
b. Angkatan
laut (Kaigun)
Indonesia dibagi
menjadi tiga wilayah kekuasaan yaitu :
a. Tentara
ke 16 (ad) memerintah di Jawa, Madura berpusat di Jakarta
b. Tentara
ke 25 (ad) memerintah di Sumatera berpusat di Bukit Tinggi.
c. Armada
selatan kedua (al) memerintah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan berpusat
di Makasar.
Sumber:
MODUL DAN LEMBAR KERJA SISWA kelas XI IPS untuk SMA/MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar