a.
Politik
Moderat
Gubernur Jenderal
Van Limburg Stirum selama memerintah tahun 1916-1921 menerapkan sistem
politik moderat. Adapun yang melatabelakangi penerapan sistem tersebut adalah :
1) Kegagalan
politik etis
2) Muncul
pemberontakan-pemberontakan di daerah (Jambi, Pasar Rebo, Cimareme, Toli-Toli)
sebagai wujud kegelisahan dan penderitaan sosial masyarakat.
3) Gubernur
Jenderal Van Limburg Stirum berkeinginan untuk mengadakan perbaikan dan
perubahan, dengan acara membentuk komisi perubahan, yang bertugas meninjau
kembali kekuasaan dewan rakyat dna struktur administrasi pemerintahan Hindia
Belanda.
4) Perkembangan
kehidupan ekonomi yang maju pesat setelah Perang Dunia I.
Dengan
sistem moderat ini tercipta hubungan baik antara pemerintah kolonial Belanda dengan
tokoh-tokoh organisasi pergerakan atau dengan pribumi.
b.
Politik
Reaksioner Pemeritah Kolonial Belanda
Munculnya krisis ekonomi setelah PD I, mengharuskan
gubernur Jenderal Fock yang
menggantikan Van Limburg Stirum sejak
tahun 1921 merubah politik kolonialnya, yakni lebih bersifat reaksioner dan
keras. Hal ini menyebabkan strategi organisasi pergerakan nasional berubah ke
radikal dan Non Kooperatif (sejak tahun 1922), bahkan mulai muncul pergerakan
(1926) dengan wujud pemberontakan di Banten dan Sumatera Barat.
Untuk mengatasi radikalisme yang semakin kuat dari
peribumi, maka De Graff sebagai
gubernur jenderal menggantikan Fock menerapkan
politik penindasan dan bertindak secara keras terhadap para tokoh nasionalis
(tindakan cenderung represif).
Puncak pelaksanaan sistem reaksioner dan penindasan
terjadi pada masa gubernur Jenderal De
Jonge (1931-1936). Pemerintah mengeluarkan aturan larangan berkelompok dan
banyak tokoh nasional ditangkap, seperti Bung Karno, Bung Hatta Dan Sutan
Syahrir. Beberapa organisasi pergerakan juga dibubarkan, seperti PNI dan Partindo.
Tindakan keras, reaksioner dan represif dari
gubernur Jenderal De Jonge, menyebabkan perubahan taktik perjuangan dari Non
Kooperasi menjadi perjuangan politik melalui dewan rakyat (Volksraad), seperti
yang dilakukan dengan Petisi Sutarjo dan aksi GAPI yaitu “Indonesia Berparlemen”.
Sumber:
MODUL DAN LEMBAR KERJA SISWA kelas XI IPS untuk SMA/MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar