Pada
awal abad ke 19 saat kolonial Belanda berkuasa di Indonesia, peran wanita
sangat terbatas bahkan terpinggirkan. Hanya sekedar sebagai ibu rumah tangga,
melayani suami bahkan dikalangan ningrat terkenal dengan tradisi “Pingit”. Pada
awal abad ke 20 kesempatan wanita untuk mendapat pendidikan mulai mendapat
tempat, maka muncullah tokoh R. A.
Kartini. Ia menjadi pelopor gerakan emansipasi perempuan indonesia. Pengertian
emansipasi pada saat itu adalah keinginan untuk mendapatkan persamaan hak dan
kebebasan dari kungkungan adat. R. A.
Kartini mengutarakan keinginan untuk memperoleh pendidikan dalam bentuk
surat yang dikirimkan kepada temannya Stella
Zeehandelaar di Belanda. Surat-surat pribadi R. A. Kartini kepada teman-temanya di Belanda selanjutnya
dikumpulkan dan diterbitkan dalam bentuk buku oleh J. H. Abendanon. Buku kumpulan surat R. A. Kartini berjudul Door
Duisternis Tot Licht yang diterjemahkan oleh Armijn Pane dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang. R. A. Kartini berusaha mewujudkan
cita-citanya tentang kemajuan perempuan indonesia dengan mendirikan kelas kecil
bagi perempuan di sekeliling rumahnya. Pendidikan bagi perempuan itu
diselenggarakan empat kali seminggu. Murid kelasnya berjumlah tujuh orang. Para
gadis tersebut mendapat pelajaran membaca menulis, kerajinan tangan, dan
menjahit. Semua pendidikan itu diselenggarakan secara gratis. Pemikiran
memajukan perempuan Indonesia yang pertama kali digagas oleh R. A. Kartini akhirnya menyebar ke
berbagai daerah. Sejak itu lambat laun peranan perempuan diakui.
Sumber:
MODUL DAN LEMBAR KERJA SISWA kelas XI IPS untuk SMA/MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar