Kamis, 18 Agustus 2016

KEDUDUKAN DAN PERAN PEREMPUAN DALAM KEHIDUPAN KOLONIAL

Pada awal abad ke 19 saat kolonial Belanda berkuasa di Indonesia, peran wanita sangat terbatas bahkan terpinggirkan. Hanya sekedar sebagai ibu rumah tangga, melayani suami bahkan dikalangan ningrat terkenal dengan tradisi “Pingit”. Pada awal abad ke 20 kesempatan wanita untuk mendapat pendidikan mulai mendapat tempat, maka muncullah tokoh R. A. Kartini. Ia menjadi pelopor gerakan emansipasi perempuan indonesia. Pengertian emansipasi pada saat itu adalah keinginan untuk mendapatkan persamaan hak dan kebebasan dari kungkungan adat. R. A. Kartini mengutarakan keinginan untuk memperoleh pendidikan dalam bentuk surat yang dikirimkan kepada temannya Stella Zeehandelaar di Belanda. Surat-surat pribadi R. A. Kartini kepada teman-temanya di Belanda selanjutnya dikumpulkan dan diterbitkan dalam bentuk buku oleh J. H. Abendanon. Buku kumpulan surat R. A. Kartini berjudul Door Duisternis Tot Licht yang diterjemahkan oleh Armijn Pane dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang. R. A. Kartini berusaha mewujudkan cita-citanya tentang kemajuan perempuan indonesia dengan mendirikan kelas kecil bagi perempuan di sekeliling rumahnya. Pendidikan bagi perempuan itu diselenggarakan empat kali seminggu. Murid kelasnya berjumlah tujuh orang. Para gadis tersebut mendapat pelajaran membaca menulis, kerajinan tangan, dan menjahit. Semua pendidikan itu diselenggarakan secara gratis. Pemikiran memajukan perempuan Indonesia yang pertama kali digagas oleh R. A. Kartini akhirnya menyebar ke berbagai daerah. Sejak itu lambat laun peranan perempuan diakui.


Sumber: MODUL DAN LEMBAR KERJA SISWA kelas XI IPS untuk SMA/MA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar