a.
Budi
Utomo
Budi utomo yang merupakan organisasi modern pertama
di indonesia sebenarnya berawal dari ide Dr.
Wahidin Sudirohusodo untuk
mendirikan Studifonds, yaitu guna
menghimpun dana beasiswa bagi pelajar yang tidak mampu tapi berpotensi. Dalam
perkembangannya, ide itu berubah menjadi pendirian sebuah organisasi Budi Utomo
pada tanggal 20 Mei 1908 di gedung Stovia. Tujuan organisasi Budi Utomo pada
awal berdirinya adalah “kemajuan yang harmonis untuk nusa dan bangsa serta Madura”
Tujuan tersebut akan dicapai dengan usaha-usaha
sebagai berikut:
1) Memajukan
pengajaran dan kebudayaan
2) Memajukan
pertanian, peternakan,dan perdagangan
3) Memajukan
teknik dan industri
4) Menghidupkan
kembali kebudayaan.
Dengan
melihat tujuan yang akan dilakukan, menunjukkan bahwa Budi Utomo bukanlah
organisasi politik. Hal ini lebih dipertegas lagi dari hasil Kongres I Budi
Utomo (Oktober 1908) yang menghasilkan:
1) Budi
Utomo tidak melakukan kegiatan politik
2) Kegiatan
Budi Utomo terutama ditujukan pada pendidikan dan kebudayaan.
3) Ruang
gerak Budi Utomo terbatas untuk Jawa dan Madura
4) Memilih
R.T. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar,
Kebumen sebagai ketua, dan pusat Budi Utomo di Jogjakarta.
Cita-cita
dan pandangan secara bertahap terarah ke bidang politik setelah berdirinya Sarekat
Islam dan Indische Partij. Sebagai bukti keterlibatan Budi Utomo dalam bidang
politik, tampak ketika pada tanggal 5-6 Agustus 1915. Di Bandung, Budi Utomo menetapkan
sebuah mosi yang menegaskan perlunya milisi (wajib militer) bagi bangsa Indonesia,
karena adanya peristiwa Perang Dunia I. Selain itu, pada bulan Juli 1917 Budi
Utomo membentuk komite nasional dalam rangka pemilihan anggota Volskraad.
Meskipun demikian, secara umum gerak Budi Utomo sangat lamban, barulah pada
sekitar tahun 1930 Budi Utomo terbuka bagi seluruh rakyat Indonesia.
b.
Sarekat
islam
Adanya monopoli dari para pedagang Cina terhadap
bahan-bahan batik di Solo, menyebabkan keprihatinan para pedagang pribumi.
Dengan dipelopori oleh H. Samanhudi,
maka didirikanlah sebuah organisasi pedagang yang bisa mengimbangi kekuatan
pedagang Cina.
Organisasi itu diberi nama Sarekat Dagang Islam yang
didasari:
1) Agama,
yaitu agama islam
2) Ekonomi,
yaitu untuk memperkuat diri dari pedagang cina.
Dengan
masuknya, H.O.S. Cokroaminoto, maka Sarekat
Dagang Islam kemudian diubah menjadi Sarekat Islam, dengan tujuan agar
anggotanya tidak hanya para pedagang, tetapi rakyat semuanya bisa masuk,
kecuali pegawai negeri. Hal ini menunjukkan bahwa semangat kebangsaan
tokoh-tokoh Sarekat Dagang Islam lebih dikedepankan dalam menentukan corak
organisasinya. Tujuan Sarekat Islam adalah:
1) Memajukan
perdagangan
2) Membantu
para anggotanya yang mengalamai kesulitan terutama masalah permodalan
3) Memajukan
pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat rakyat
4) Memajukan
kehidupan agama islam
Dalam
perkembangannya, Sarekat Islam (SI) berubah menjadi organisasi yang besar.
Tentu saja ini sangat menghawatirkan pemerintah Belanda. Oleh karena itu
pemerintah Belanda mulai mengadakan pembatasan gerak SI, misalnya penolakan
pemerintah akan status badan hukum.
Adanya
penolakan ini tentu saja berpengaruh terhadap perkembangan SI selanjutnya. Hal
ini tampak pada semakin beraninya SI mengkritik pemerintah belanda terutama
praktik kolonialisme belanda yang menyengsarakan rakyat. Dengan sikap ini, berarti SI mulai berjuang ke
arah politik.
Seiring
dengan tumbuh berkembangnya organisasi pergerakan di Indonesia, maka dalam SI
ada perpecahan yaitu setelah adanya anggota SI yang merangkap di organisasi
yang lain, seperti ISDV. Dengan adanya infiltrasi komunis ke tubuh SI melalui Semaun dan Darsono, maka pecahlah SI menjadi SI putih dan Si merah.
c.
Indische
partij (IP)
Organisasi pertama yang secara tegas menyatkan diri
sebagai partai politik. Didirikan pada 25 Desember 1912 oleh tiga serangkai,
yaitu:
1)
E.F.E.
Douwes Dekker (Danudirjo Setyobudi)
2)
Suwardi
Suryaningrat (Ki Hajar Dewantoro)
3)
Dr.
Cipto Mangunkusumo
Indische
Partij secara tegas menyatkan bahwa ia berjuang untuk melepaskan diri dari
penjajahan. Semboyannya yang terkenal : Indie
Los Van Holland (Hindia bebas dari Holland) dan Indie Voor Inders (Hindia untuk orang Hindia). Karena itu IP
menjadi radikal.
Cita-cita
IP disebarluaskan melalui surat kabar “De Express”, sedangkan program kerja IP
adalah :
1) Mempersiapkan
cita-cita kesatuan nasional pergerakan
2) Memberantas
kesombongan sosial dalam pergaulan
3) Memberantas
usaha-usaha yang membangkitkan kebencian antar agama yang satu dengan yang lain
4) Memperbesar
pengaruh pro-hindia di dalam pemerintahan
5) Berusaha
mendapat persamaan hak bagi semua orang hindia
6) Dalam
hal pengajaran dan ekonomi, harus ditujukan untuk kepentingan ekonomi hindia
dan memperkuat mereka yang ekonominya lemah.
Pada
bulan Maret 1913 partai ini dibubarkan setelah permohonannya untuk diakui
sebagai badan hukum ditolah pemerintah karena dianggap terlalu radikal.
Meskipun IP dibubarkan, semangat dari para pemimpinnya tidak pernah luntur.
Pada bulan Agustus mereka membentuk komite Bumiputra. Melalui komite ini Suwardi Suryaningrat menulis artikel
berjudul: Als Ik Eens Nederlander Was (seandainya
aku seorang Belanda) yang mengecam maksud pemerintah untuk merayakan 100 tahun
bebasnya negeri Belanda dari jajahan Perancis. Perayaan itu akan dilakukan di Indonesia,
yang rakyatnya masih terjajah. Apalagi biaya untuk perayaan itu akan dipungut
dari rakyat. Akibat kecaman yang mereka lancarkan, ketiganya ditangkap dan
diasingkan ke Belanda.
d.
Muhammadiyah
Organisasi ini didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada 18 Nopember 1912 dengan tujuan:
1) Mengembalikan
ajaran islam sesuai Al Quran dan sunah rasul
2) Memberantas
kebiasaan yang tidak sesuai ajaran islam, dan memajukan ilmu agama islam
dikalangan anggotanya
Untuk
mencapai tujuan itu maka dilakukan melalui cara:
1) Mendirikan
lembaga pendidikan, lembaga sosial, mendirikan masjid, dan mengusahakan
penerbitan
2) Mengadakan
rapat dan tablig untuk membahas masalah islam.
Kegiatan
Muhammadiyah meliputi bidang sosial, pendidikan, dan kesehatan. Di bidang
sosial mendirikan Panti Asuhan Yatim Piatu, Bank Islam, Organisasi Wanita
(Aisyiah) dan Kepanduan Hisbul Wathon. Di bidang pendidikan mendirikan
sekolah-sekolah dari jenjang TK sampai Perguruan Tinggi. Di bidang kesehatan
mendirikan PKU (pemeliharaan kesejahteraan umat).
e.
PKI
Pada 9 Mei 1914 Sneevliet,
Brandsteder, Hartogh, Baars Dan Reinkers mendirikan ISDV (Indische Sociaal Democratische Vereniging)
atau perhimpunan sosial demokrasi masyarakat Hindia. Tujuannya adalah menyebarluaskan
paham sosial demokratis. ISDV mendekati rakyat dengan cara menjalin hubungan
dengan SI dan IP, tetapi kurang berhasil.
Maka ditempuh strategi lain yaitu menarik simpati
golongan nasionalis, dengan cara mengubah nama ISDV menjadi perserikatan
komunis Hindia (23 Mei 1920) dan pada tahun 1924 diubah lagi menjadi partai
komunis Indonesia. Adapun susunan pengurus sebagai berikut:
Ketua :
Semaun
Wakil :
Darsono
Sekretaris :
Bergsma (Belanda)
Anggota pengurus :
Adolf Baars, Sugono, Tan Malaka
Berhubungan strategi yang digunakan kurang berhasil
menarik simpati rakyat indonesia, maka PKI kemudian mencoba mengadakan
infiltrasi ke organisasi yang ada, seperti ke SI maupun ke golongan buruh yang
ekonominya lemah. Perjuangan kelas (perbaikan nasib) merupakan salah satu
taktik PKI, dengan cara mengadakan pemogokan-pemogokan di perusahaan.
Komunisme mudah menarik bangsa terjajah
karena merasa akan dibebaskan. Itulah sebabnya komunisme mendapat sambutan di
indonesia. Pada tahun 1920 PKI bergabung dengan Comintern (Communist International) yang merupakan forum dan pusat
eksekutif bagi partai komunis seluruh dunia.
Puncak kegiatan PKI adalah pemberontakan November 1926
di Jakarta, terus di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, bahkan di Sumatera
1927.
f.
Gerakan
Pemuda
Organisasi Pemuda yang pertama kali adalah Tri Koro
Dharmo pada 7 Maret 1915 di Jakarta diketuai oleh Dr. Satiman Wiryosanjoyo.
Tri
Koro Dharmo mengandung maksud “Tiga Tujuan Mulia”
yaitu sakti, budhi, dan bhakti.
Sedangkan asasnya adalah;
1) Menimbulkan
pertalian antara murid-murid bumi putera pada sekolah menengah, kursus
perguruan, sekolah guru dan sekolah kejuruan.
2) Menambah
pengetahuan umum bagi anggotanya.
3) Membangkitkan
dan mempertajam persaan buat segala bahasa dan budaya indonesia, khususnya
jawa.
Karena
sifatnya jawa sentris dan agar tidak menimbulkan perpecahan, maka namanya
diubah menjadi Jong Java. Organisasi ini pada awalnya bukan organisasi politik,
tetapi dengan masuknya H. Agus Salim
dari SI, maka jong Java mencoba berubah haluan ke poltik dengan cara mendirikan
Jong Islamiten Bond 1924.
Pada
Kongres 1928 Jong Java menyetujui diadakannya fusi (penggabungan) dengan
organisasi pemuda lainnya yang diberi nama Indonesia Muda.
Selain
Jong Java maka munculah organisasi pemuda lain seperti : Jong Pasundan, Jong
Sumateranen Bond, Gong Minahasa, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Indonesia
(Pemuda Indonesia).
Puncak
perjuangan pemuda yaitu dengan menyelenggarakan kongres pemuda I dan II yang
menghasilkan ikrar Sumpah Pemuda.
g. Taman
Siswa
Politik etis, khususnya bidang pendidikan, ternyata
tidak memberi peluang bagi hubungan jiwa yang bebas terutama kesempatan untuk
beraksi secara kreatif. Dengan adanya hal demikian, maka timbullah keinginan
untuk melaksanakan pendidikan sendiri, yang sesuai dengan cita-cita bangsa dan
dijiwai oleh semangat nasionalisme. Pada 3 Juli 1922 Ki Hajar Dewantoro mendirikan perguruan taman siswa di Yogyakarta dengan
tujuan : mewujudkan masyarakat yang “tata tentrem tertib damai” dengan asas Panca
Darma yaitu :
1) Dasar
kodrat alam
2) Dasar
kemerdekaan
3) Kebudayaan
4) Dasar
kebangsaan dan kerakyatan
5) Kemanusiaan
Sistem
yang dipakai adalah “Among” dengan pola belajar asah, asih, asuh. Sedangkan
pola kepemimpinan adalah Ing Ngarso Sung
Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Melalui taman siswa
inilah tercetak kader-kader nasionalis yang siap mencapai tujuan mulia bangsa.
Berhubungan
perkembangannya dianggap mengkhawatirkan, maka pemerintah Belanda pada tahun
1932 mengeluarkan Wilde Shcolen Ordonantie,
tetapi kemudian tahun 1933 dicabut.
h.
Nahdlatul
Ulama
1)
Latar
belakang berdirinya Nahdlatul Ulama
a) Antisipasi
dari para kyai dan santri atas meluasnya gerakan islam baru (gerakan wahabi) di
kota-kota seperti yang dilakukan oleh Sarekat Islam Dan Muhammadiyah.
b) Antisipasi
untuk menjaga kemurnian dan keluhuran ajaran islam. Waktu itu Belanda berusaha
meruntuhkan potensi islam.
c) Sebagai
upaya para ulama untuk meneruskan perjuangan mencapai kemerdekaan.
d) Sebagai
upaya para ulama untuk memelihara ketenteraman dan ketenangan bangsa indonesia
yang mayoritas beragama islam.
2)
Waktu
Pendirian Dan Keanggotaan
Pada tahun 1926 di Hejaz, Arab Saudi,
diselenggarakan kongres islam sedunia. Untuk menghadiri kongres itu
masing-masing lembaga mengirim delegasinya. Para ulama terkemuka berusaha
menyusun sebuah lembaga yang akan dapat mewakili mereka dalam kongres. Akhirnya
pada tanggal 31 Januari 1926 lahir Jami’yatul Nahdlatul Ulama Di Kertopatem,
surabaya. Tokoh pendirinya adalah KH.
Hasyim asyari, KH. Abdul Wahab Hasbullah,
KH. Bisri Syamsuri, KH. Mas Alwi, KH. Ridwan. Mereka pemegang teguh salah
satu dari empat mazhab, berhaluan Ahlussunnah Waljama’ah. Tujuannya tidak saja
mengembangkan dan mengamalkan ajaran islam, tetapi juga memperhatikan masalah
sosial, ekonomi, dan sebagainya dalam rangka pengabdian kepada umat manusia.
Anggota NU adalah para ulama, santri yang berada di
lingkungan pondok pesantren. Pusat-pusat NU ada Di Surabaya, Kediri, Bojonegoro,
Bondowoso Dan Kudus. Pada tahun 1935 NU sudah memiliki 68 cabang dengan
anggotanya 6.700 orang.
i.
Gerakan
Wanita
R.A.
kartini (21 April 1879-1904) dianggap pelopor pergerakan
wanita Indonesia. Beliau wanita Indonesia pertama yang mempunyai cita-cita
untuk memajukan kaumnya dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
Kurangnya pendidikan dan pengajaran kaum wanita
diperlakukan tidak adil. Hal itu ditunjukkan oleh adat kebiasaan yang ada:
1) Adanya
kawin paksa
2) Adanya
poligami
3) Adanya
masa pingitan bagi gadis-gadis
4) Kaum
wanita mempunyai hak terbatas dalam perkawinan
Adat
kebiasaan tersebut ditentang oleh kaum wanita yang mempunyai pikiran maju.
Pergerakan wanita bersifat sosial yang bertujuan ;
1) Keluar
: berusaha memperoleh persamaan hak
setaraf dengan kaum pria.
2) Kedalam
: berusaha menciptakan kemampuan kaum
wanita sendiri sebagai ibu dan pemegang kendali rumah tangga.
j.
Partai
Nasional Indonesia (PNI)
Pada tanggal 4 Juli 1927 PNI didirikan di Bandung oleh
tokoh-tokoh : Ir. Soekarno, Sunaryo,
Iskaq Cokrohadisuryo, Budiarto, Dr. Cipto Mangunkusumo, Tilaar, Soedjadi.
1) PNI
merupakan organisasi terbuka untuk seluruh bangsa Indonesia
2) Dasar
perjuangannya : Marhaenisme (Sosio Nasionalisme Dan Sosio Demokrasi)
3) Sejak
PNI berdiri telah bergerak dalam bidang politik tujuannya tegas : untuk
mencapai Indonesia merdeka, sedang sikapnya Non
Cooperation.
4) Atas
inisiatif PNI pada tahun 1927 terbentuk PPKI. Anggota PPKI meliputi : PNI, PSI,
BU, Kaum Betawi, Pasundan.
5) Perkembangan
PNI yang pesat dengan sikap nyata-nyata menentang kolonialisme imperialisme sangat
menakutkan Belanda. Pada tahun 1929 tokoh-tokohnya ditangkap dan dipenjarakan
atas tuduhan melancarkan pemberontakan.
6) Mr.
Sartono mengambil alih pimpinan tahun 1931 PNI dibubarkan mereka yang
menyetujui pembubaran tersebut membentuk partai politik baru dinamakan Partindo,
mereka yang tidak menyetujui membentuk partai politik dinamakan PNI baru.
k.
Gerakan
Buruh
Pada awal abad ke-20 sudah banyak kaum buruh, nasib
mereka tidak menguntungkan, hidup mereka menderita, dalam rangka memperbaiki
nasibnya, kaum buru merasa senasib sepenanggungan, mereka berjuang untuk
menuntut beberapa hal : soal jam kerja dan kenaikan upah, untuk memperjuangkan
nasibnya mereka membentuk organisasi buruh. Organisasi buru yang berdiri pada
saat itu adalah :
1) Staats Spoorwegen Bond (SS Bond)
tahun 1905, serikat buru perusahaan kereta apai negara.
2) Vereniging Van Spoor Entranweg
Persneel (VSTP) tahun 1908. Organisasi ini banyak memperoleh
pengaruh dari ISDV dan berhaluan kiri.
3) Perserikatan Pegawai Pegadaian
Bumiputera (PPPB) tahun 1916. Organisasi ini berada
di bawah pengurus SI.
4) Burgelijke Openbare Werken (BOW)
atau departemen pekerjaan umum (DPU) tahun 1916.
5) Persatuan Pergerakan Kaum Buruh (PPKB)
tahun 1919 persatuan kaum buruh yang ada dalam satu federasi yaitu PPKB.
l.
Perhimpunan
Indonesia
Perhimpunan Indonesia merupakan penjelmaan
perkumpulan pelajar Indonesia di negeri Belanda yang bernama : Indische Vereniging yang didirikan tahun
1908. Tahun 1922 berubah menjadi Indonesische
Vereniging, 1923 menjadi Perhimpunan Indonesia, yang berazas bahwa Indonesia
akan membentuk suatu pemerintahan yang bertanggungjawab kepada rakyat. Dalam
perjuangannya PI memegang tugas bahwa nasionalisme yang radikal akan dapat
menjadi subjek yang ampuh bagi bangsa yang dijajah.
Tujuan PI adalah : kemerdekaan indonesia dengan
menggunakan sarana majalah Indonesia merdeka.
Sedangkan usaha yang dilakukan untuk menyebarluaskan
dan mempropagandakan dasar-dasar PI, yaitu dengan menjalin hubungan dengan
pergerakan nasional yang ada di indonesia dan hubungan dengan organisasi
internasional, antara lain :
1) Turut
dalam kegiatan komintern dan Association
Pour Etude Des Civilisations di Paris 1925.
2) Turut
dalam liga penentang imperalis.
3) Mengikuti
konggres dalam rangka mencari dukungan perjuangan Indonesia antara lain :
a) Kongres
demokrasi untuk perdamaian tahun 1926 di Paris
b) Kongres
liga melawan imperalisme dan penindasan penjajah di Brussel
c) Kongres
wanita internasional di Swiss 1927
Akibat
dari kegiatan tersebut, tokoh PI seperti Ali
Sastroamijoyo, M. Natsir Pamuncak, Abdul Majid Djoyodiningrat, Dan Moh. Hatta ditangkap
dan dihukum karena dianggap menghasut rakyat untuk melawan Belanda.
Pergerakan
PI menjadi semakin jelas arah dan tujuannya yang menunjukkan perkembangan
ideologi PI yaitu persatuan dan kesatuan yang menjadi manifesto politik
pergerakan nasional yang menyangkut :
1) Persatuan
dan kesatuan
2) Demokrasi
3) Swadaya
m.
PPPKI
(P3KI) Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia
Ada beberapa faktor yang mendorong
organisasi-organisasi pergerakan harus menggalang persatuan dan kesatuan,
yaitu:
1) Krisis
ekonomi 1929/1930
2) Sikap
dan kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang keras dan kaku untuk menjaga
ketertiban dan keamanan, maka pemerintah Belanda mulai bersikap keras dan
lugas, misalnya diberlakukannya pembatasan terhadap aktivitas pergerakan
nasional.
3) Tokoh
terkemuka pergerakan nasional ditangkap dan diasingkan, adanya penangkapan para
tokoh pergerakan nasional Indonesia, memaksa organisasi-organisasi pergerakan
nasional mengambil sikap kooperasi dengan pemerintah Belanda, dan juga adanya
usaha untuk menggalang persatuan antar organisasi yang ada.
Dengan
dipelopori oleh Ir. Soekarno, pada
tanggal 17 Desember 1927 diadakan rapat di bandung yang dihadiri PNI, PSI, BU,
PPKI, mereka sepakat membentuk federasi PPPKI dengan tujuan :
1) Mencegah
perselisihan antara partai/organisasi
2) Menyatukan
arah dan beraksi dalam perjuangan ke kemerdekaan Indonesia
3) Mengembangkan
persatuan kebangsaan Indonesia dengan lambangnya sang Merah Putih, lagu Indonesia
Raya, Bahasa Indonesia.
Pada
awal berdirinya PPPKI, badan ini kelihatan mantap. Barulah setelah kongres di Solo
1929, mulai ada keretakan yaitu :
1) Terjadinya
penangkapan atas Soekarno dan
kawan-kawan.
2) Berkembangnya
isu kooperasi dan non kooperasi.
3) Hak
suara.
4) Perbedaan
nasionalis agama dan nasionalis sekuler.
n.
Kongres
pemuda
1)
Kongres
pemuda I
Perkembangan situasi di tanah air, semakin
mempengaruhi keinginan organisasi kepemudaan untuk menyatukan diri yang
ditindaklanjuti dengan diadakannya pertemuan organisasi pemuda pada 15 Nopember
1925 yang dihadiri Jong Java, Jong Sumateranen Bond, Jong Ambon, Jong Minahasa,
Sekar Rukun, dan lain-lain. Hasilnya adalah akan diadakan Konggres. Pada
tanggal 30 April sampai 2 mei 1926 diadakanlah Kongres Pemuda I diketuai oleh M. Tabrani.
Tujuan :
-
Memajukan paham persatuan kebangsaan.
-
Mempererat hubungan antara semua
perkumpulan pemuda.
Kongres
Pemuda I ini tidak lepas dari peranan PPPI yang menginginkan penggabungan
perkumpulan pemuda dalam satu badan. Hal ini semakin mantap dengan datangnya
tokoh PI. Demikian juga dengan berdirinya Jong Indonesia di Bandung oleh Sukarno, yang dalam kongresnya 28 Desember
1927. Jong Indonesia (Pemuda Indonesia) menyetujui dibentuknya fusi.
2)
Kongres
Pemuda II
Sesuai usul PPI tentang Kongres Pemuda, maka
dibentuklah panitia kongres yang diketuai oleh Sugondo Djoyopuspito.
Kongres dilaksanakan 27-28 Oktober 1928 , dilakukan
tiga kali sidang, yaitu:
a) Sidang
I pada hari Sabtu, 27 Oktober 1928 bertempat di Balai Pemuda Katolik Jalan.
Lapangan Banteng. Dalam rapat ini, M. Yamin menyampaikan tentang persatuan dan
kebangsaan Indonesia. Menurutnya, ada 5 faktor pendukung persatuan yaitu :
sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan keamanan.
b) Sidang
II pada hari Minggu, 28 Oktober 1928 di Gedung Java Oost Bioscoop, Jl. Merdeka Utara
No. 14
c) Sidang
III pada 28 Oktober 1928 malam hari di Indonesische
Club Huis, Jl. Kramat Raya 106 Jakarta Pusat. Dalam rapat ini tampil Sunario SH yang berceramah tentang pergerakan pemuda dan persatuan bangsa,
juga adat istiadat. W.R. Supratman menyanyikan
lagu Indonesia Raya.
Pada
puncak acara, dibacakan hasil putusan Kongres yang merupakan rumusan M. Yamin yang dikenal sebagai Ikrar
Sumpah Pemuda.
o.
Parindra
(1935)
Kelompok studi Indonesia yang dipimpin Dr. Sutomo mempunyai sifat yang moderat
dan mulai tahun 1930 diganti dengan PBI (persatuan bangsa Indonesia) dengan
tujuan mencapai Indonesia merdeka dengan cara menyempurnakan derajat bangsa dan
tanah air, berdasarkan kebangsaan Indonesia. Kegiatan dalam bidang pertanian
diwujudkan dengan cara membentuk rukun tani.
Sesuai dengan kondisi politik saat itu, antara PBI
dan BU terjadi hubungan yang sangat erat dan pada 25 Desember 1935 terjadi fusi
antara PBI dan BU menjelma menjadi Parindra yang didalamnya Ada Sarekat Sumatera,
Sarekat Celebes, Sarekat Ambon, Perkumpulan Kaum Betawi.
Tujuan : mencapai Indonesia mulia dan sempurna.
Untuk mencapai tujuannya, Parindra melakukan kegiatan dalam bidang politik,
ekonomi, sosial.
Sifat Parindra sesuai dengan Kongres I (1 Mei 1937)
dan II (24-27 Desember 1938) adalah kooperasi.
p.
Petisi
Sutarjo (1936)
Adanya kesulitan dalam sikap nonkooperasi,
menimbulkan gagasan bagi sutarjo kartohadikusumo, seorang anggota Dewan Rakyat (Volksraad),
mengajukan usul kepada pemerintah Belanda pada 15 Juli 1936. Usul itu yang
kemudian disebut Petisi Sutarjo berisi permohonan agar diselenggarakan
musyawarah antara wakil Indonesia dan Belanda yang punya hak sama. Dengan
tujuan, pemberian otonomi kepada Indonesia yang mana pelaksanaannya diatur
dalam waktu sepuluh tahun, dengan beberapa perubahan :
1) Pulau
Jawa dijadikan Propinsi, sedang yang lain diberi otonomi.
2) Sifat
dualisme dalam pemerintah di daerah harus dihapus.
3) Volksraad
dijadikan parlemen yang sesungguhnya.
4) Dibentuk
dewan kerajaan
5) Penduduk
Indonesia adlah orang yang lahir, asal usul dan cita-citanya untuk indonesia.
Setelah
melalui perdebatan dan pembahasan yang ketat, akhirnya Petisi Sutarjo ditolak
oleh Ratu Belanda, dengan alasan Indonesia belum siap untuk memikul tanggung
jawab dan memerintah sendiri.
q.
Majelis
Islam A’la Indonesia (MIAI)
Sikap berbagai organisasi islam di Indonesia yang
beraneka ragam dalam menyikapi kondisi yang ada, akhirnya membuahkan gagasan
untuk menyatukan semua organisasi dalam satu wadah yang mempunyai tujuan yang
sama. Maka, melalui beberapa kali musyawarah, akhirnya disepakati untuk
dibentuk suatu majelis yang diberi nama Djami’ul Djami’at Al Islam (DDI)
artinya perkumpulan-perkumpulan islam, yang kemudian berdasarkan pertemuan pada
tahun 1937, DDI diganti menjadi Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI).
Tujuan MIAI:
1) Mempererat
hubungan diantara perhimpunan-perhimpunan islam di Indonesia.
2) Menyatukan
suara untuk membela kehormatan islam.
3) Merapatkan
hubungan antara kaum muslimin indonesia dengan umat islam di luar negeri.
Melalui
propaganda dan kegiatan dakwah, MIAI berusaha menyadarkan masyarakat (islam)
bahwa budaya Belanda dengan penjajahannya tidak sesuai dengan ajaran islam. MIAI
juga menentang UU milisi militer.
r.
GAPI
(1939)
GAPI (Gabungan Politik Indonesia) adalah suatu
bentuk federasi dari berbagai organisasi politik (Parindra, Gerindo, Pasundan,
Persatuan Minahasa, PII, Partai Katolik Indonesia, PSII).
Faktor-faktor yang mendorong dibentuknya GAPI :
1) Gagalnya
Petisi Sutarjo
2) Kegentingan
internasional akibat timbulnya fasisme.
3) Sikap
pemerintah yang kurang memperhatikan kepentingan bangsa indonesia.
Tujuan
GAPI : membentuk badan persatuan dan menjalankan aksi bersama guna memperjuangkan
kepentingan rakyat.
Hal-hal
yang diperjuangkan GAPI :
1) Pelaksanaan
The Right Of Self Determination
2) Persatuan
kebangsan atas dasar demokrasi politik, sosial, ekonomi
3) Pembentukan
parlemen yang dipilih secara bebas dan umum (Indonesia berparlemen)
4) Membentuk
solidaritas Indonesia-Belanda untuk menghadapi fasisme
5) Pengangkatan
lebih banyak orang-orang Indonesia dalam berbagai jabatan.
Tokoh-tokoh
gapi : Moh. Husni Thamrin, Amir
Syarifudin, Abikusno Cokrosuyoso. Untuk mengatur dan meningkatkan aksinya,
pada 24-25 Desember 1939 GAPI mengadakdan pertemuan dan membentuk KRI (Kongres Rakyat
Indonesia).
Tujuan
KRI : mewujudkan Indonesia Raya
Sasaran
utama : indonesia berparlemen penuh
Selain
membentuk KRI, GAPI menyetujui/menetapkan : bendera merah putih dan lagu Indonesia
Raya sebagai bendera dan lagu persatuan Indonesia.
Tuntutan
GAPI semakin meningkat, setelah jerman berhasil menguasai belanda yaitu penggantian
Volksraad dengan parlemen sejati.
Pemerintahan
Belanda dalam menanggapi tuntutan GAPI kemudian membentuk komisi Visman dengan
tugas menyelidiki dan mempelajari perubahan-perubahan yang diinginkan rakyat.
Pembentukan komisi ini ditolah oleh GAPI, karena dianggap tidak bisa terwujud
dengan itu, KRI diubah menjadi MRI.
Meskipun
demikian, ternyata tuntutan GAPI tidak disetujui oleh Ratu Belanda, bahkan
sesuai dengan keadaan saat itu pemerintah Belanda menerapkan wajib milisi untuk
menghadapi perang.
Sumber:
MODUL DAN LEMBAR KERJA SISWA kelas XI IPS untuk SMA/MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar